Harga Pokok Produksi (HPP) dan Titik Impas atau Break Even Point (BEP )
Harga Pokok Produksi (HPP)
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu
dilakukan untuk suatu prosesproduksi, yang dinyatakan dengan satuan uang
menurut harga pasar yangberlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.
Perhitungan biaya produksi makanan awetan
dari bahan nabati dan hewani pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya
yang harus dihitungadalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air,
penyusutan alat/gedung, dll),serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja
dan overhead).
MenurutPerry (1997) : biaya produksi adalah
penjumlahan antara biaya tidak langsung (overhead cost) dan biaya langsung
(direct cost).
Menurut Sadono Sukirno (2003) : biaya
produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk mendapat faktor-faktor
produksi dan bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan produk perusahaan.
Menurut Sutrisno (2009) : biaya produksi
adalah biaya yang dikeluarkan dalam mengolah bahan baku sehingga menjadi produk
selesai.
Jadi Biaya produksi adalah biaya-biaya yang
harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. (Sumber:https://akuntanmuslim.com/komponen-biaya-produksi
perusahaan).
2. Unsur Biaya Produksi
Unsur biaya produksi adalah biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead
dibedakan menjadi dua yaitu biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel.
a. Biaya Overhead Tetap
b. Biaya Overhead Variabel
Biaya yang termasuk ke dalam overhead
adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan
untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun
pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan
lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang
dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi (HPP).
Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan
contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali
proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi
240 gram lidah buaya (buah dan kuah).
Unsur biaya produksi meliputi biaya
investasi, dan biaya produksi. Sedangkan untuk biaya produksi itu sendiri ada 2
macam yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.
1) Investasi Alat dan Mesin
Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan
alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin
produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis
lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi
lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel 1.
2) Biaya Tidak Tetap
(Variabel)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang
dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa
berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi
biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi
minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada Tabel 2.
3) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan
yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya
tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan
lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada
Tabel 3.
Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya
tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang
dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp 1.039.750 +
Rp 369.200 = Rp 1.408.950
Harga jual adalah
HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini,
HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. 408.950,- / 500 = Rp.
2.818,-
Harga jual = Rp.2.818 + (40% x Rp. 2.818) =
Rp. 3.945
Harga jual = Rp. 4.000
Dapat disimpulkan :
Total Biaya = Biaya variabel + Biaya tetap
Harga Pokok Produksi = Total biaya : Unit yang dihasilkan
Harga jual = HPP + Keuntungan yang diinginkan
Titik Impas atau Break Even Point (BEP)
Pengertian
Titik Impas atau Break Even Point (BEP)
Dalam kegiatan usaha, seorang wirausahawan selalu memperhitungkan adanya titik impas atau Break Even Point (BEP). BEP dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugiaan sama dengan nol. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variable dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variable dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Dalam
suatu usaha, perhitungan BEP sangat penting agar kita tidak mengalami kerugian,
diantara manfaat BEP adalah:
a. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba
b. Memberikan informasi mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
d. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca
dan dimengerti.
Kurva BEP
merupakan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan volume yang
terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan atau penerimaan
dan biaya (pada sumbu Y).
Beberapa
ketentuan yang harus dipenuhi dalam menghitung BEP antara lain sebagai berikut:
1. Harga
jual produk harus tetap
2. Hanya
menggunakan satu jenis produk, jika lebih dari satu jenis maka dapat
menggunakan analisis BEP tersendiri untuk produknya.
3.
Produksi harus stabil
4. Semua
biaya besaran produksi dapat diukur secara nyata / fakta dan data yang
realistik.
BEP dapat
dihitung dengan dua cara berikut:
a. Break
Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit
Break
even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan
pada perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Rumus perhitungan BEP unit
seperti berikut.
Keterangan:
BEP= Break Even Point (Titik Impas)
Q = Quantity (jumlah produk)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
P = Harga Produk
b. Break
Even Point (BEP) Rupiah
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk
pada saat BEP
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
Daftar Pustaka
MODUL PEMBELAJARAN SMA
PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN KELAS XI PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) USAHA
MAKANAN KHAS DAERAH, PENYUSUN Devi Risna Ariyana, S.Pd (SMAN
1 Bringin) PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN KELAS XI ,2020, Direktorat SMA,
Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN
MODUL PEMBELAJARAN SMA
PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X ,BIAYA PRODUKSI
PENGOLAHAN MAKANAN AWETAN NABATI PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN , PENYUSUN : ROSSA VINI ANGGALIA, S.P., M.M. (SMAN 9 KOTA TANGERANG SELATAN),KELAS
X, 2020,
Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN