Selasa, 22 April 2025

HPP dan BEP

 Harga Pokok Produksi  (HPP) dan  Titik Impas atau Break Even Point (BEP )


Assalamualaikum , selamat pagi anak -anak ....hari ini kita ulas kembali tentang harga pokok produksi  (HPP) dan  Titik Impas atau Break Even Point (BEP ). Semoga ini bisa menambah wawasan kalian untuk menghitung  HPP dan BEP  produk kalian .

Harga Pokok Produksi  (HPP)

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu prosesproduksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yangberlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.

Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati dan hewani pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitungadalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll),serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).

MenurutPerry (1997) : biaya produksi adalah penjumlahan antara biaya tidak langsung (overhead cost) dan biaya langsung (direct cost).

Menurut Sadono Sukirno (2003) : biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk mendapat faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan produk perusahaan.

Menurut Sutrisno (2009) : biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam mengolah bahan baku sehingga menjadi produk selesai.

Jadi Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. (Sumber:https://akuntanmuslim.com/komponen-biaya-produksi perusahaan).

2. Unsur Biaya Produksi

Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan menjadi dua yaitu biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel.

a. Biaya Overhead Tetap

 Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah.

b. Biaya Overhead Variabel

 Biaya overhead variabel adalah biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi.

Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi (HPP).

Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya (buah dan kuah).

Unsur biaya produksi meliputi biaya investasi, dan biaya produksi. Sedangkan untuk biaya produksi itu sendiri ada 2 macam yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

 

1) Investasi Alat dan Mesin

Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel 1.


 

2) Biaya Tidak Tetap (Variabel)

Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada Tabel 2.


 

3) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada Tabel 3.


Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp 1.039.750 + Rp 369.200 = Rp 1.408.950

Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. 408.950,- / 500 = Rp. 2.818,-

Harga jual = Rp.2.818 + (40% x Rp. 2.818) = Rp. 3.945

Harga jual = Rp. 4.000


Dapat disimpulkan :

Total Biaya = Biaya variabel + Biaya tetap

Harga Pokok Produksi = Total biaya : Unit yang dihasilkan 

Harga jual = HPP + Keuntungan yang diinginkan 


Titik Impas atau Break Even Point (BEP)


Pengertian Titik Impas atau Break Even Point (BEP)

 Dalam kegiatan usaha, seorang wirausahawan selalu memperhitungkan adanya titik impas atau Break Even Point (BEP). BEP dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugiaan sama dengan nol. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variable dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variable dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

Dalam suatu usaha, perhitungan BEP sangat penting agar kita tidak mengalami kerugian, diantara manfaat BEP adalah:

                    a. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba

                    b. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta                 hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat                       penjualan yang bersangkutan.

                    c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan

                    d. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan                              dimengerti. 


Kurva BEP merupakan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan volume yang terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan atau penerimaan dan biaya (pada sumbu Y).

Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam menghitung BEP antara lain sebagai berikut:

1. Harga jual produk harus tetap

2. Hanya menggunakan satu jenis produk, jika lebih dari satu jenis maka dapat menggunakan analisis BEP tersendiri untuk produknya.

3. Produksi harus stabil

4. Semua biaya besaran produksi dapat diukur secara nyata / fakta dan data yang realistik. 

BEP dapat dihitung dengan dua cara berikut:

a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit

Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan pada perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut.

 


 Keterangan:

BEP= Break Even Point (Titik Impas)

Q = Quantity (jumlah produk)

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel)

P = Harga Produk

b. Break Even Point (BEP) Rupiah

Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat BEP

 


 

 

 

 

Keterangan:

BEP = Break Even Point (Titik Impas)

TR = Total Revenue (Penerimaan)

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel) 



Daftar Pustaka

MODUL PEMBELAJARAN SMA PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN KELAS XI PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) USAHA MAKANAN KHAS DAERAH, PENYUSUN Devi Risna Ariyana, S.Pd (SMAN 1 Bringin) PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN KELAS XI ,2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN

MODUL PEMBELAJARAN SMA PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X ,BIAYA PRODUKSI

PENGOLAHAN MAKANAN AWETAN NABATI PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN , PENYUSUN : ROSSA VINI ANGGALIA, S.P., M.M. (SMAN 9 KOTA TANGERANG SELATAN),KELAS X, 2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar